KARAKTERISTIK, DAN FILOSOFI PENELITIAN SOSIAL
1. Karakteristik Penelitian Sosial
Menurut Paul Leedy dalam bukunya Practical Research, ada 8 karakteristik penelitian sosial, sebagai berikut:
Penelitian sosial berasal dari satu pertanyaan atau masalah, dengan menanyakan pertanyaan kita sedang berupaya untuk stimulasi dimulainya proses p. Sumber pertanyaan dapat berasal dari sekitar kita.
Penelitian sosial membutuhkan tujuan yang jelas. Pernyataan tujuan ini menjawab pertanyaan :
“Masalah apa yang akan diselesaikan/dipecahkan?”tujuan adalah pernyataan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian sosial.
Penelitian sosial membutuhkan rencana spesifik untuk melakukan Penelitian rencana kegiatan disusun. Selain menetapkan tujuan dari penelitian sosial, kita harus menetapkan juga bagaimana mencapai tujuan tersebut. Beberapa hal yang perlu diputuskan misalnya: dimana mendapatkan data? Bagaimana mengumpulkan data tersebut? Apakah data yang ada berelasi dengan permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian sosial?
Penelitian sosial biasanya membagi masalah prinsip menjadi beberapa submasalah: untuk mempermudah menjawab permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi beberapa sub masalah. Contoh: Masalah : Kompresi data dengan algoritma substitution Sub-masalah: bagaimana melakukan kompresi data pada file teks hingga hasil kompresi 30% dari file asli? bagaimana melakukan dekompresi pada file teks tanpa mengubah isi?
Penelitian sosial dilakukan berdasarkan masalah, pertanyaan atau hipotesis Penelitian Sosial yang spesifik: Hipotesis adalah asumsi atau dugaan yang logis yang memberikan jawaban sementara tentang permasalahan penelitian sosial berdasarkan penyelidikan awal. Hipotesis mengarahkan kita ke sumber-sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan Penelitian sosial yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu. Hipotesis mempunyai kemungkinan didukung atau tidak didukung oleh data.
Penelitian sosial mengakui asumsi-asumi: Dalam penelitian sosial, asumsi merupakan hal penting untuk ditetapkan. Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan Penelitian sosial jelas batasnya. Asumsi juga bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan Penelitian Sosial.
Penelitian sosial membutuhkan data dan intepretasi data untuk menyelesaikan masalah yang mendasari adanya penelitian sosial: Pentingnya data bergantung pada bagaimana penelitianiti memberi arti dan menarik inti sari dari data-data yang tersedia. Di dalam penelitian sosial data yang tidak diintepretasikan/diterjemahkan tidak berarti apapun.
Penelitian sosial bersifat siklus. Untuk memulai suatu Penelitian, permasalahan yang akan dipecahkan perlu ditemukan lebih dahulu. Beberapa hal yang membantu penemuan tersebut adalah membaca artikel jurnal-jurnal ilmiah pada bidang yang diminati. Dengan membaca beberapa artikel jurnal yang memuat permasalahan dan pemecahannya diharapkan ada stimulasi dari pembacaan tersebut untuk menimbulkan ide-ide lain yang layak untuk diteliti.
2. Filosofi Penelitian Sosial
Berasarkan pandangan tersebut, maka dapat dirinci unsur-unsur penting filosofi yang mendasari penelitian sosial sebagai kegiatan ilmiah, yaitu:
Kegiatan intelektual (pemikiran);
Mencari makna yang hakiki (interpretasi);
Segala fakta dan gejala (objek);
Dengan cara refleksi, metodis, sistematis (metode);
Untuk kebahagiaan masyarakatarakat (tujuan).
Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian sosial juga memiliki ciri-ciri sebagaimana dijelaskan oleh Soedjono Dirdjosisworo sebagai berikut:
Sistematis artinya bahasan tersusun secara teratur, berurutan menurut sistem.
Logis artinya sesuai dengan logika, masuk akal, benar menurut penanalaran.
Empiris artinya diperoleh dari pengalaman, penemuan, pengamatan.
Metodis artinya berdasarkan metode yang kebenarannya diakui oleh penalaran.
Umum artinya menggeneralisasi, meliputi keseluruhan tidak menyangkut yang khusus saja.
Akumulatif artinya bertambah terus, makin berkembang, dinamis.
Penelitian sosial sebagai kegiatan ilmiah dilakukan terus-menerus guna mengungkapkan kebenaran sesungguhnya dari objek yang diteliti. Kebenaran yang sesungguhnya itu bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakatarakat. Kebenaran objek yang diteliti menjadi dasar keteraturan yang menciptakan keamanan, ketertiban, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakatarakat. Harsja Bachtiar mengemukakan dua kategori keteraturan dari objek yang diteliti, yaitu:
Keteraturan alam semesta selalu berkualitas 100% benar karena keteraturan itu tetap, tidak berubah, sehingga metode penelitiannya pun tepat. Ini terdapat pada ilmu-ilmu eksakta, seperti astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran.
Keteraturan hubungan antarmanusia dalam hidup bermasyarakat. Untuk mengungkapkan kebenaran keteraturan tersebut dipinjam metode penelitian ilmu eksakta, ternyata hasil penelitiannya tidak selalu 100% benar, melainkan hanya mendekati kebenaran karena keteraturan dalam hubungan hidup bermasyarakatarakat itu dapat berubah dari saat ke saat sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakatarakat. Ini terdapat pada ilmu-ilmu sosial, seperti ekonomi, hukum, politik, sosiologi, demografi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa perkembangan ilmu sosial selalu dilandasi oleh kebenaran yang relatif, keteraturan yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, ketidakpuasan terhadap keadaan yang ada, keingintahuan terus-menerus, yang ditelaah bukan kuantitas, melainkan kualitas dari gejala sosial yang ada (terjadi).
RAGAM PENDEKATAN PENELITIAN SOSIAL
Dalam diktat ini akan dibahas tentang orientasi dalam metode penelitian, objek penelitian sosial, dan ragam pendekatan Penelitian.
1. Orientasi Dalam Metode Penelitian dan Objek Penelitian Sosial
a. Orientasi Dalam Metode Penelitian
Untuk memahami ilmu pengetahuan, ada beberapa yang dianggap penting. Sebagian orang menekankan pada cara berfikir, yaitu sikap ilmiah, sebagian lainnya menekankan pentingnya cara untuk melakukan sesuatu yaitu metode ilmiah. Ada yang menganggap penting hasil penerapan metode ilmiah yaitu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan runtut. Pandangan filsafat tersebut merupakan jawaban dari masalah pokok pengetahuan yang benar, yaitu:
1). Apakah pengetahuan yang benar itu ? Pertanyaan tersebut berhubungan dengan keingintahuan manusia untuk memperoleh kebenaran.
2). Dapatkah manusia mencapai pengetahuan yang benar, jika dapat bagaimana caranya? Pertanyaan ini berhubungan (berhub) dengan keingintahuan manusia untuk memperoleh cara mencapai kebenaran.
3). Bagaimana cara memperoleh/mencapai kebenaran, itulah yang dibahas dalam metode Penelitian.
Untuk memahami berbagai metode Penelitian ilmiah yang sudah terpola/diakui dalam masyarakat akademik saat ini, sebaiknya ditinjau sejarah perkembangan ilmu. Semua ilmu pengetahuan (penget) bernaung dalam satu atap, yaitu philosophia. Lambat laum ilmu penget Indonesiauk tersebut melalui berbagai usaha berkembang menjadi ilmu penget khusus. Proses menjadi dewasa dan mandirinya ilmu-ilmu tersebut berlangsung sedikit sedikit. Ilmu penget yang tidak secara langsung mempersoalkan hidup dan kehidupan manusia seperti (seperti) ilmu hukum, sosiologi, psikologi, sejarah, sastra dan lain-lain (dan lain-lain) baru lepas belakangan dan menjadi ilmu penget yang mandiri. Ilmu penget yang lepas lebih dulu adalah ilmu yang lebih tua, sedang ilmu penget yang lepas belakangan disebut ilmu yang muda.
Relevansi pembedaan ilmu yang lebih tua dari ilmu yang lebih muda adalah bahwa (bahwa) ilmu yang tua sering mempengaruhi perkembangan ilmu yang lebih muda. Pengaruh ilmu tua terhadap perkembangan (perkemb) ilmu muda, dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengaruh langsung, terjadi bila ilmu yang lebih muda mengambil atau meniru konsep ilmu yang lebih tua; dan
b. Pengaruh tidak langsung, terjadi bila ilmu yang muda meniru/menggunakan metode yang digunakan oleh ilmu yang lebih tua.
Penggunaan istilah Indonesiaividu, stimulus, respon dan lain-lain adalah contoh pengaruh langsung. Sedangkan penggunaan istilah metode observasi, eksperimen, analisis kuantitatif/kualitatif adalah contoh pengaruh tidak langsung. Dalam metode Penelitian, pengaruh ilmu yang lebih tua terasa sekali. Metode observasi, yang merupakan metode objektif pertama yang digunakan dalam psikologi, sosiologi dan ilmu sosial lainnya, ditiru dari ilmu astronomi dan biologi. Begitu juga dengan metode eksperimen yang makin memegang peranan penting dalam ilmu sosial, ternyata ditiru dari (dari) ilmu fisika.
Salah satu pemikir ilmu fisika yang banyak berpengaruh dalam metode Penelitian terutama dalam hal definisi operasional konsep-konsep adalah Bridman (1927, dikutip Suryabrata, 1998) yang beranggapan bahwa cara berfikir dari Newtonian ke Einstein telah banyak menimbulkan kejutan ahli fisika. Bridenganman mengusulkan spy dibuat persaratan yang lebih ketat dalam pebuatan definisi konsep dalam ilmu fisika agar di masa depan tidak terjadi lagi revolusi seperti yang ditimbulkan oleh Teori Relativitas dari Einstein. Itulah kemudian pandangan Bridenganman disebut Operasionalisme dan definisi model Bridenganmen disebut definisi operasional.
Tujuan definisi operasional adalah untuk membuat jelas sebuah konsep, yaitu memastikan konsep tersebut telah mempunyai acuan operasionalisasi konsep. Aspek lain yang juga penting dalam metode Penelitian adalah kuantifikasi. Semakin lama semakin diakui bahwa kuantifikasi merupakan suatu hal yang besar artinya bagi ilmu penget dan Penelitian. Dengan tersedianya komputer dan data yang disajikannya, maka peranan kuantifikasi juga semakin besar, bahkan dewasa ini terdapat kecenderungan bahwa ilmu penget sosial makin banyak menggunakan pendekatan kuantitatif dan berusaha mendapatkan manfaat dari pendekatan kuantitatif tersebut.
Pendekatan kuantitatif antara lain memungkinkan:
Dilakukan pencatatan data hasil Penelitian secara eksak;
Penelitianiti menganut tatapikir dan tatakerja yang pasti dan konsisten;
Penelitianiti meringkas data dalam cara dan bentuk yang lebih banyak artinya dan lebih mudah menganalisanya;
Penggunaan teknis analisis statistik dan matematis, yang merupakan metode yang dapat diandalkan dalam Penelitian ilmiah; dan Tingginya kemampuan mengomunikasikan hasil yang diperoleh. Dalam hub dengan aspek kuantifikasi (Penelitian kuantitatif) tersebut, Steven (1946) menggolongkan skala pengukuran menjadi empat golongan, yaitu:
a. Skala nominal;
b. Skala odinal;
c. Skala interval;
d. Skala nisbah/rasio.
Ke empat skala tersebut, dalam penerapannya menghasilkan empat macam data yang sangat besar pengaruhnya dalam Penelitian Karena akan menentukan jenis metode statistik yang tepat. Dalam ilmu sosial tidak selalu mudah mengidentifikasi data yang diperoleh termasuk golongan data sehingga dapat atau perlu dianalisis dengan metode analisis, data apa. Untungnya, beberapa metode statistik telah membantu ahli ilmu sos untuk mengatasi masalah ini.
2. Objek Penelitian Sosial
Kegiatan Penelitian ilmiah menghasilkan penjelasan ilmiah. Berbeda dengan cara berfikir common sence, penjelasan ilmiah mempunyai sifat yang khusus seperti sistematis, dapat diuji kebenarannya, dapat digeneralisasi, dan mempunyai kemampuan menduga/memprediksi. Dalam ilmu sosial sasaran atau objek penjelasan ilmiahnya adalah perilaku sosial, yaitu segala aktivitas manusia dalam lingkunganungannya, baik lingkungan sosial, politik, budaya, maupun ekonomi.
Konsep yang mendasari ilmu sosial adalah cara manusia berkembang secara psikologis, Bagaimana mereka berfikir, berinteraksi dengan lingkungan, mengorganisasikan masyarakatnya, memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyelesaikan pertentangan atau konflik. Jadi konsep umum dasar ilmu sosial adalah proses dan perilaku manusia dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politiknya. Jadi yang diteliti adalah perilakunya, bukan yang berperilaku (manusianya).
Untuk memperluas pemahaman, ada baiknya dipelajari pokok masalah yang diteliti oleh beberapa disiplin ilmu sosial:
Ilmu politik. Mengkaji salah satu aspek dari kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan kekuasaan (power), kekuatan atau wibawa, kewenangan (authority), dominasi dan penaklukan (sub-ordination) di kalangan anggota masyarakat. Dalam kajiannya, ilmu politik menggunakan negara sebagai unit analisis. Termasuk dalam perhatian ilmu politik adalah ilmu administrasi, yaitu metode pengorganisasianisasian negara guna pelaksanaan kebijakan umum.
Antropologi. Mengkaji manusia dan kebudayaannya, mempelajari segala jenis manusia dari segala tempat dan jaman secara holistik. Pokok masalah yang dipelajari al apa penjelasan dari kebiasaan pada beberapa masyarakat yang memperbolehkan pria beristri banyak atau sebaliknya. Bagaimana asal usul struktur keluarga pada masyarakat modern. Bagaimana asal usul manusia dan Bagaimana perkembangannya kemudian sehingga terdapat perbedaan manusia pada berbagai zaman. Bagaimana sejarah dan struktur bahasa yang digunakan manusia, dan apa penjelasan dari variasi bahasa yang terjadi masa kini.
Sosiologi. Mengkaji faktor yang mempertahankan stabilitas dalam masyarakat dan faktor yang membawa perubahan/kehancuran masyarakat. Penekanan kajiannya adalah perilaku pada unit masyarakat bukan Indonesiaifidu.
d. Psikologi. Mengkaji hal-hal yang berhub dengan perilaku tetapi menekankan Indonesiaividu. Perilaku yang dikaji adalah yang muncul dalam diri manusia sendiri, bukan paksaan dari luar. Example motivasi mahasiswa kuliah.
e. Ilmu komunikasi. Mengkaji khusus hal-hal yang berhub dengan perilaku Indonesiaividu dalam berkomunikasi, baik antar pribadi, antar budaya, kelompok manusia. Example, pola komunikasi ayah dengan anak.
Responden
1. Kami tidak akan berbohong kpada responden survei atau melakukan praktik dan metode yang menyakiti, menyengsarakan atau memperlakukan mereka.
2. Kami akan menjaga anonimitas setiap responden, kecuali dalam hal tertentu responden tidak menghendaki hal tersebut. Kami juga akan menjaga kerahasiaan dan memberlakukan secara khusus semua informasi yang cenderung mengidentifikasi responden.
3. Pendekatan Dalam Penelitian
a. Pengertian Pendekatan
Pendekatan Penelitian adalah refleksi struktur berfikir yang tersistemasi dalam suatu bentuk atau jenis Penelitian yang akan kita lakukan dan dipandang tepat untuk menjawab rasa ingin tahu kita terhadap sesuatu hal. Pendekatan penelitian berhubungan dengan jenis informasi apa yang diperlukan, dari siapa informasi dikumpulkan, dan Bagaimana informasi dikumpulkan. Pendekatan Penelitian bisa berbeda antara penelitianiti satu dengan penelitianiti lainnya walaupun sama-sama berasal dari disiplin ilmu yang sama. Jadi dua orang pakar Administrasi Negara (AN) yang melakukan Penelitian atas pokok masalah yang sama dapat menyajikan hasil yang beda Karena masing-masing menggunakan pendekatan yang beda.
Pendekatan penelitian mana yang akan dipilih bergantung jenis informasi yang diperlukan, sedangkan metode apa yang akan dipakai tergantung pada cara yang dipilih untuk mengumpulkan informasi. Meneliti semua penduduk yang ada dalam suatu negara berarti kita melakukan sensus. Sedangkan meneliti sejumlah penduduk di suatu negara berarti melakukan survei. Sensus dan survei adalah dua contoh pendekatan penelitian. Baik survei maupun sensus dapat dilakukan dengan metode wawancara, atau dengan mengirimakaan sejumlah pertanyaan/kuesioner. Wawancara dan kuesioner adalah dua contoh metode Penelitian.
b. Memilih Pendekatan Penelitian
Memutuskan pendekatan Penelitian mana yang akan dipilih tergantung pada jawaban atas pertanyaan berikut:
1. Apakah informasi yang kita perlukan sudah tersedia?
2. Mengapa kita memerlukan informasi ?
3. Populasi seperti apa yang hendak kita terangkan ?
4. Sumber daya apa sajakah yang kita miliki dan dapat kita kerahkan ?
Ad.1. Apakah informasi yang kita perlukan sudah tersedia.
Apakah penelitianiti yang salah kaprah menginterpretasikan kata-kata bijak”malu bertanya sesat dijalan”. Karena enggan dicap “malu”, akibatnya dia enggan membolak-balik data statistik, laporan tahunan, atau dokumen-dokumen penting lainnya. Padahal informasi yang ada dalam data statistik, laporan tahunan dan dokumen penting tersebut sangat dia perlukan, Karena semuanya itu adalah sumber data sekunder atau data yang sudah tersedia.
Misal, penelitianiti ingin meneliti faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan studi mahasiswa FISIP-UI, maka informasi tentang usia, status kerja, lokasi tempat tinggal, jumlah pria dan wanita, semua dengan mudah diperoleh dalam buku statistik Mahasiswa UI. Buku tersebut merupakan contoh data sekunder. Jika informasi/data yang kita butuhkan belum ada, maka kita perlu mengumpulkannya, informasi tersebut adalah data primer.
Ad.2. Mengapa kita memerlukan informasi
Penelitian dalam ilmu sosial selalu melibatkan manusia sebagai subjek Penelitiannya. Penelitianiti tidak pernah berhenti menghadapi masalah yang dihadapi manusia, baik yang ditimbulkan manusia ybs maupun pihak lain. Penelitianiti selalu ingin tahu, memahami, menerangkan, dan jika mungkin mencari sebab mengapa manusia bersikap, berpendapat, dan berperilaku tertentu. Untuk menjawab keingintahuan tersebut, informasi diperlukan.
Ad. 3. Populasi seperti apa yang hendak kita terangkan
Kita perlu mempertimbangkan secara hati-hati, sebelum menentukan populasi dan sampel yang hendak diteliti. Pertimbangan dimaksud adalah:
1) Apakah temuan Penelitian hanya berlaku khusus bagi seseorang atau sekelompok orang tertentu (tidak digeneralisasi), atau apakah akan digeneralisasi kpada populasi tertentu?
2) Apakah kesimpulan yang ditarik akan diberlakukan untuk sejumlah Indonesiaividu, lembaga atau masyarakatarakat ?
Perhatikan contoh sbb:
a) Untuk memperoleh informasi tentang efektivitas pembelajaran online terhadap nilai ujian mahasiswa, maka Penelitian dapat dilakukan dengan mengambil sampel beberapa matakuliah yang disampaikan.
b) Untuk mengetahui luas tanah yang dimiliki penduduk desa, maka Penelitian dengan melibatkan seluruh penduduk desa tersebut akan memperoleh hasil yang lebih akurat dari pada jika hanya melibatkan aparat desa saja.
c) Untuk menget tingkat partisipasi politik masyarakatarakat, maka penelitian dapat dilakukan dengan mengambil sampel anggota masyarakat yang bisa dikelompokkan menurut tk pendidikan, yang tinggal di kota besar dan kecil, bekerja dan tidak bekerja dan sebagainya.
d) Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap lulusan UKI, maka Penelitian dapat dilakukan terhadap beberapa atasan langsung karyawan yang menjadi alumni UKI. Beberapa atasan tersebut adalah sampel dari masyarakat pengguna lulusan UKI.
Ad. 4. Sumber daya apakah yang kita miliki dan dapat dikerahkan.
Sumber daya adalah segala sesuatu yang kita miliki dan atai kita manfaatkan, meliputi penguasaan ilmu, tenaga, waktu, dan biaya. Sumber daya ini adalah pertimbangan terakhir penting yang kita cermati agar dapat menentukan pendekatan Penelitian yang pas, sesuai dengan tujuan Penelitian. Dalam melakukan Penelitian, penelitianiti harus benar-benar realistik, artinya benar selaras antara besaran Penelitian dengan besaran sumber daya. Misal, studi kasus biasanya tidak banyak perlu dana, tetapi membutuhkan banyak waktu. Sementara survei, walau tidak banyak waktu tetapi perlu banyak biaya.
c. Ragam Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian historis, digunakan jika pelitian bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematik dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, melakukan verifikasi, dan melakukan sintesa bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
Pendekatan deskriptif, sering kali juga disebut dengan Penelitian survei. Dipilih jika penelitianiti bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi atau kejadian. Penelitianit deskripsi adalah Penelitian yang semata-mata melakukan akumulasi data dasar dalam cara deskriptif, tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. Penelitianit yang dapat dimasukkan kedalam pendekatan ini adalah penelitianit survei dan sensus. Pendekatan penelitianit perkembangan, dipilih jika Penelitian bertujuan untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan atau perubahan, faktor yang mempengaruhi perkembangan variabel yang diteliti, dan Bagaimana faktor tersebut saling berhubungan.
Penelitian perkembangan memusatkan perhatian pada perkembangan variabel penelitianit tersebut selama beberapa bulan/tahun. Penelitianit perkembangan juga disebut penelitianit longitudinal. Pendekatan penelitianit kasus dan pelelit lapangan, dipilih jika penelitianit juga bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkunganungan unit sosial, Indonesiaividu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
Penelitianit kasus adalah penelitianit mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merup gambaran yang lengkap dan terorganisasianisasi baik mengenai unit tersebut. Dibanding dengan penelitianit survei yang cenderung untuk meneliti sejumlah kecil variabel pada unit yang besar, studi kasus cenderung meneliti sejumlah unit kecil variabel pada unit yang besar, studi kasus cenderung meneliti sejumlah unit kecil tetapi mengenai variabel dan kondisi yang besar jumlahnya.
Pendekatan Penelitian korelasional, dipilih jika suatu penelitianit bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi pada variabel penelitianit berhub dengan variasi pada satu atau lebih variabel penelitianit lain. Hubungan antar satu variabel dengan satu atau lebih variabel lain itu tidak bersifat sebab akibat.
Pendekatan Penelitian kausal komparatif, dipilih jika penelitianit bertujuan meneliti kemungkinan hubungan sebab akibat antr variabel penelitianit satu dengan variabel penelitianit lainnya, dengan cara meneliti akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebabnya.
Pendekatan penelitianit eksperimental sungguhan (true exampleperimental research), yaitu penelitianit bertujuan untuk menelit kemungk saling hubungan sebab akibat antr variabel satu dengan lainnya, dengan cara mengenakan kpada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak disertai kondisi perlakuan.
Pendekatan penelitianit eksperimental semu (quasi exampleperimental research), dipilih jika penelitianit bertujuan mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada dunia kerja atau dunia aktual lainnya.
d. Tugas Ilmu dan Penelitian
Dewasa ini keterpaduan antr ilmu dan penelitianit sudah erat, sehingga tidak mungkin orang memisahkannya. Ilmu dan penelitianit dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Karena itu tugas ilmu dan Penelitian, secara singkat adalah sbb:
Tugas mendeskripsikan. Ilmu dan penelitianit bertugas menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkannya;
Tugas menerangkan. Ilmu dan penelitianit bertugas menerangkan kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa;
3) Tugas menyusun teori. Ilmu dan penelitianit bertugas mencari dan merumuskan hukum-hukum dan aturan mengenai hubungan antara kondisi yang satu dengan yang lain atau hub antr peristiwa satu dengan yang lain;
4) Tugas memprediksi. Ilmu dan penelitianit bertugasmembuat prediksi, estimasi, dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal terjadi atau gejala yang bakal muncul;
5) Tugas mengendalikan. Ilmu dan penelitianit bertugas melakukan Indonesia akan guna mengendalikan peristiwa atau gejala.
Secara keseluruhan, ilmu dan penelitianit mengemban kelima tugas tersebut secara sekaligus. Itulah sebabnya, kelima tugas tersebut juga digunakan sebagai kriteria untuk memutuskan bobot karya keilmuan.
PREPOSISI, TEORI, KONSEP, VARIABEL, DAN DESIGN PENELITIAN
Penelitian adalah suatu proses/rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematik guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Penelitian.
1. Preposisi Penelitian
Preposisi adalah pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih konsep atau variabel. Suatu preposisi yang hanya terdiri dari satu konsep/variabel, lazim disebut preposisi univariat. Sedangkan preposisi yang terdiri dari dua konsep /variabel disebut preposisi multivariat. Contoh, preposisi univariat: 80 % mahasiswa UI sudah bekerja. Contoh preposisi bivariat: Mahasiswa UI yang sudah bekerja cenderung lebih sering lupa melakukan registrasi ulang.
Contoh preposisi multivariat: Mahaswa UI yang sudah bekerja, cenderung lebih sering lupa melakukan registrasi registrasi ulang, sehingga masa studinya lebih lama dibanding mahasiswa UI yang tidak bekerja. Sedang jenis preposisi yang biasa dikenal/lazim digunakan, antara lain (al) aksioma, postulat, teorem, hipotesis, dan generali empirik.
1. Aksioma, adalah pernyataan yang sdh diterima sebagai suatu hal yang dianggap benar/berlaku, yang keberlakuannya sdh tidak diragukan lagi sehingga tidak perlu diuji. Istilah aksioma lebih memiliki konotasi matematis, sehingga lebih banyak digunakan dalam studi ilmu eksakta dan biasanya digunakan untuk pernyataan yang benar berdasar definisi.
2. Postulat, sebenarnya sama dengan aksioma, tetapi istilah postulat lebih sering dipakai untuk pernyataan yang kebenaran atau keberlakuannya sdh dibuktikan secara empirik.
3. Teorem, adalah suatu pernyataan yang dideduksikan dari sejumlah aksioma atau postulat. Kebenaran atau keberlakuannya erat kaitannya dengan kebenaran aksioma/postulat yaitu teorem tersebut dideduksikan.
4. Hipotesis, adalah pernyataan yang dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji dan memprediksikan suatu hubungan tertentu atr dua variabel atau lebih. Kebenaran hipotesis harus diuji secara empirik lebih dulu.
5. Generalisasi Empirik, adalah pernyataan yang disimpulkan secara Indonesiauktif dari sejumlah data yang diperoleh dari suatu hasil Penelitian.
2. Teori dan Pembentukannya
Untuk penjelasan/prediksi, suatu permasalahan Penelitian diperlukan adanya suatu teori yang berkaitan dengan masalah Penelitian yang diteliti. Teori berusaha berusaha menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”. Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi yang saling berkaitan, bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematik tentang suatu gejala. Gambaran yang sistematik tersebut dijabarkan dengan menghubungkan konsep dengan konsep lainnya dalam preposisi, dan menghubungkan satu preposisi dengan preposisi lainnya yang bertujuan menjelaskan suatu gejala tertentu.
Pembentukan teori pada awalnya bisa bersumber dari teori-teori lain yang ada, atau dari pengamatan dan Penelitian maupun akal sehat (common sense) mengenai gejala. Pada dasarnya pembentukan teori melalui dua proses berpikir, yaitu proses berpikir Indonesiauksi dan proses berpikir deduksi. Proses berpikir Indonesiauksi, adalah suatu proses pembentukan teori melalui penarikan kesimpulan secara umum dari gejala khusus. Jadi mula-mula berasal dari gejala khusus, peristiwa khusus, kemudian ditarik generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum.
Proses berpikir deduksi, adalah suatu proses pembentukan teori melalui penarikan kesimpulan secara khusus dari gejala umum. Cara berpikir deduksi ini dikenal pula dengan nama silogisme, yaitu argumentasi yang terdiri dari tiga buah preposisi. Preposisi pertama, disebut premis mayor yang merupakan pernyataan yang bersifat umum. Preposisi kedua disebut premis minor yang merup pernyataan yang bersifat khusus. Preposisi ketiga adalah konklusi adalah kesimpulan dari premis mayor dan minor. Agar konklusi benar, maka premis mayor dan minor harus dirumuskan secara benar.
Contoh perumusan silogisme:
Premis mayor : Semua manusia (subjek) adalah makhluk hidup (predikat)
Premis minor : Dibyo (subjek 1) adalah manusia (subjek)
Konklusi : Dibyo (subjek 1) adalah makhluk hidup (predikat)
Salah satu syarat logika silogisme adalah bahwa premis minor harus menjadi bagian yang lebih kecil dari premis mayor.
Premis mayor : Semua S adalah P
Premis minor : S1 adalah (bagian dari) S
Konklusi : S1 adalah (juga bagian dari ) P
Teori ilmu sosial pada dasarnya bertujuan menjelaskan gejala sosial tertentu. Apabila dari jenis penjelasan yang dihasilkan oleh suatu teori, ada tujuh jenis penjelasan yang biasa dikenal, yaitu:
Penjelasan genetik (genetic exampleplanation);
Penjelasan intensional;
Penjelasan fungsional;
Penjelasan melalui generalisasi empirik;
Penjelasan melalui alasan
Teori formal.
Ad.1.Penjelasan Genetik
Penjelasan ini terdiri dari penjelasan mengapa suatu gejala ada, dan Bagaimana bentuknya saat ini. Penjelasan ini memakai cara melacak masalah yang sedang diteliti mulai dari perkembangan awalnya. Misal, untuk meneliti masalah peranan militer pada perkembangan politik di Indonesia (Indonesia), maka bisa dilakukan dengan melacak Bagaimana bentuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada awalnya, setelah kemerdekaan, pada masa Orde Baru (orba), dan masa awal reformasi, dan saat ini. Penjelasan macam ini sangat bermanfaat pada Penelitian sejarah.
Ad. 2. Penjelasan Intensional
Adalah penjelasan mengenai apa yang mendasari/menjadi tujuan perilaku seseorang. Misal saat ini di kota besar di Indonesia ada kecenderungan muncuk kelompok metroseksual yang memiliki norma perilaku seksual yang eksklusif. Apa yang mendasari atau menjadi tujuan mereka berperilaku seperti itu. Untuk bisa memahaminya, melakukan pemaparan teori dengan menggunakan penjelasan intensional adalah cara yang tepat.
Ad. 3. Penjelasan Disposisional
Biasanya penjelasan ini dilakukan untuk meneliti perilaku Indonesiaividual, yaitu dengan cara menjelaskan mengapa seseorang memiliki kecenderungan berperilaku tertentu. Misal, dibanyak salon laki sering ditemui hairdariesser laki berperilaku seperti perempuan, bahkan lebih genit. Atau sering kita lihat desainer laki berdandan dan berperilaku seperti perempuan. Mengapa mereka berperilaku seperti itu. Apakah kecenderungan perilaku tersebut Karena pengaruh lingkunganungan pergaulan atau Karena ada dorongan dari dalam dirinya. Untuk dapat memahaminya, pemaparan teori dengan memakai jenis penjelasan disposisional adalah cara yang tepat.
Ad. 4. Penjelasan Fungsional
Dalam penjelasan ini, suatu gejala yang dijelaskan dianggap merup bagian se gejala yang dijelaskan dianggap merup bagian dari suatu gejala lain yang lebih luas. Penjelasan ini mengungkapkan keberadaan suatu gejala dengan cara menemukan fungsi gejala ybs terhadap gejala lain yang lebih luas. Dasar penjelasan fungsional adalah keberadaan gejala dalam gejala lain yang lebih luas, Karena dibutuhkan/sepanjang fungsinya dibutuhkan. Gejala yang tidak berfungsi sebagauimana (sebagaimn) yang dibutuhkan, akan menghilang atau berubah agar berfungsi kembali. Misal, pada masa lalu kereta api dijalankan pakai bahan bakar kayu atau batubara. Akibat pembakaran kayu/batubara tersebut keluarlah asap dari cerobong asap, sehingga kereta api tersebut disebut kereta uap, dan sekarang memakai tenaga listrik, dan kereta uap menjadi kereta wisata.
Ad. 5. Penjelasan melalui Generalisasi Empirik
Adalah penjelasan yang dibuat dengan cara menyimpulkan hub di antara sejumlah gejala melalui pengamatan hubungan gejala tersebut dari beberapa keadaan atau kasus yang lebih kecil atau terbatas, kemudian meningkat ke sejumlah kasus yang lebih besar. Example. penelitianiti ingin meneliti hub ant cara belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Kemudian ia membuktikan hasil tersebut pada kasus yang lebih terbatas misal mahasiswa UI, ITB, UNPAD, Trisakti, UGM, UIN dan sebagainya. Akhirnya ia menemukan bahwa ada hub antara cara belajar dengan prestasi belajar mahasiswa baik mahasiswa tatap muka maupun mahasiswa jarak jauh, yaitu dengan membuat kesimp dan penarikan generalisasi empirik.
Ad. 6. Penjelasan melalui alasan
Untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku seseorang dengan menanyakan kpada orang ybs alasan mengapa ia berperilaku demikian.
Ad. 7. Teori formal
Adalah teori yang dibentuk secara deduksi, menekankan adanya aturan/hukum seperti ilmu eksakta. Dalam teori formal ini mencakup:
Aksioma atau postulasi yang diterima sebagai hal yang sudah dianggap benar/berlaku;
Teorem, yaitu pernyataan yang secara logika dideduksikan dari sejumlah aksioma/postulasi. Berbeda dengan aksioma/postulat, teorem harus diuji terlebih dahulu sebelum dianggap menjadi teori yang dapat diberlakukan.
Konsep. Secara umum diartikan sebagai ide, penggambaran atau deskripsi dari hal-hal atau benda/gejala sosial, yang dinyatakan dalam kata atau istilah. Ide, penggambaran, atau deskripsi benda atau gejala sosial tersebut baru dapat dibuat dalam bentuk konsep jika sudah melalui proses abstraksi dan generalisasi.
Abstraksi adalah proses menarik intisasi dari ide-ide, hal-hal, benda atau gejala sosial. Generalisasi adalah aktivitas menarik kesimpulan umum dari sejumlah ide, hal-hal, benda atau gejala sosial yang khusus.
3. Konsep
Konsep terbentuk dari abstraksi atau generalisasi, maka ciri suatu konsep adalah bersifat umum, dengan keuntungannya adalah adanya kemungkinan bagi kita dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada penampilan kongkret dari ide, hal, gejala sosial tanpa harus membuat konsep baru. Example, konsep handphone. Di pasar beredar banyak merk, mosel, tipe, warna dan teknologi yang dipakai, tetap saja semuanya bernama dan tidak keluar dari konsep handphone, atau mobilephone atau telepon seluler yang semuanya tidak merubah arti/konsep handphone.
Konsep, ada yang sederhana ada pula yang rumit. Ada yang konkrit yang dapat diIndonesiaera oleh panca Indonesiaera, ada yang abstrak yang tidak dapat diIndonesiaera. Example. Konsep konkrit, handphone, mobil, meja, kursi, sepatu dan lain-lain. Example. Konsep abstrak adalah interaksi, organisasi, kebahagiaan, kesedihan dan lain-lain. Karena konsep abstrak tidak dapat diIndonesiaera maka untuk menjelaskan konsep abstrak kita perlu menjelaskan pengertian abstrak tersebut. Sedangkan konsep konkret, Karena dapat diIndonesiaera, maka konsep konkret tidak membutuhkan penjelasan.
Konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang istilahnya sama dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari namun makna dan pengertiannya dapat berbeda. Pada umumnya konsep yang dipakai dalam ilmu sosial tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan konsep lain yang ada dalam kerangka pemikiran/pendekatan tertentu. Selain itu dalam ilmu sosial juga sering terjadi perbedaan makna dan pengertian istilah yang dipakai oleh para ahli/peneli.
Untuk meng-Indonesiakan kebingungan makna/pengertian istilah/konsep itulah maka semua konsep harus didefinisikan. Definisi adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna istilah/konsep tertentu, atau penggambaran keseluruhan isi/arti yang dikandung oleh konsep tertentu. Mengingat definisi dibuat untuk menjelaskan konsep agar dapat dimengerti secara tepat, maka pembuatan definisi harus hati-hati. Untuk membuat definisi yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Tidak mengandung istilah/konsep yang didefinisikan, atau mengandung istilah yang sinonim/istilah yang berhub erat dengan apa yang didefinisikan; Example, konsep “pembangunan”. Definisi I konsep pemb ini adalah suatu keadaan sedang membangun.
Jika kita perhatikan, definisi ini kurang memberikan makna dan pengertian yang rinci dan jelas tentang pembangunan. Definisi 2 pemb adalah “setiap proses perubahan terencana dalam masyarakat yang berorientasi kpada rakyat banyak, untuk mencapai keadaan yang lebih baik”.
Kalau dicermati definisi 2 lebih rinci dan jelas. Disini tidak terkandung istilah/konsep yang didefinisikan, tidak ada istilah yang sinonim/berhub dengan konsep yang didefinisikan.
Tidak dirumuskan dalam bentuk kalimat negatif. Misal, “Tutorial adalah bukan perkuliahan”. Definisi ini selain berbentuk negatif juga jelas tidak memberikan penjelasan apapun tentang apa yang dimaksud dengan tutorial. Definisi yang lebih baik:”Tutorial adalah bantuan pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa untuk membantunya mempelajari matakuliah tertentu”.
Dinyatakan dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan rinci gar mudah dimengerti oleh orang lain.
4. Variabel Penelitian
Riset apapun tidak dapat dilepaskan dengan variabel riset. Memahami konsep, definisi dan arti operasional variabel adalah persyaratan mutlak bagi seorang periset. Dalam Penelitian, konsep yang sdh didefinisikan tersebut harus diubah lebih dulu menjadi konsep yang konkret yang dapat dioperasionalkan (operasionalisasi konsep). Konsep yang sudah lebih konkret dikenal dengan nama variabel, yaitu konsep yang mempunyai variasi nilai. Example, konsep “pendidikan formal” sdh dapat dikatakan sebagai variabel Karena memiliki variasi nilai SD, SMP, SMA dst. Konsep “badan” belum dapat dikatakan sebagai variabel Karena belum memiliki variasi nilai. Jika sdh diubah menjadi konsep”berat badan” atau “tinggi badan”, maka konsep tersebut sudah merup variabel.
Variabel memiliki simbul/lambang yang dilekatkan yang berbentuk bilangan atau nilai. Example, X adalah sebuah variabel. Jika X itu adalah variabel prestasi akademik. Maka variabel tersebut hanya memiliki dua nilai, yaitu laki dan perempuan. Nilai yang bisa dilekatkan misal 0 untuk laki dan 1 untuk perempuan (boleh juga 1, dan 2 dan lain-lain). Jika X adalah variabel tk penghasilan, maka variabel tersebut dapat memiliki tiga nilai yaitu tinggi, sedang, kurang. Nilai yang bisa dilekatkan kpada variabel tersebut misal 1, untuk tingkatpenghasilan tinggi, 2. untuk pengh sedang, dan 3. untuk pengh kurang.
Selain memiliki nilai, variabel dapat berbentuk variabel dikotomi, politomi, dan kontinu.
Variabel dikotomi, adalah variabel yang hanya memiliki 2 nilai. Example. Variabel jenis kelamin:laki-peremp; variabel pekerjaan: bekerja-tidak bekerja; variabel ukuran: besar-kecil; variabel kelulusan: lulus-tidak lulus dan sebagainya.
Variabel politomi, adalah variabel yang hanya memiliki satu sifat, misal variabel agama: Islam, Katolik, Protestan, Budha, HIndonesiau, Yahudi; atau variabel kebangsaan: Indonesia, Cina, Inggris dan lain-lain.
Variabel kontinu, adalah variabel yang memiliki nilai kontinu, misal variabel kecerdasan, yang bisa dikelompokkan menjadi kecerdasan tinggi, sedang,rendah. Atau variabel tk penghasilan: tk penghasilan tinggi, sedang, rendah. Variabel kontiu dapat dikonversikan menjadi variabel dikotomi atau politomi, tetapi variabel dikotomi tidak dapat dikonversikan menjadi variabel kontinu.
a. Mengidentivikasi Variabel
Variabel apa saja yang terdapat dalam suatu riset ditentukan oleh landasan teoritiknya, dan ditegaskan oleh hipotesis risetnya. Karena itu jika ladasan teoritisnya beda, maka variabel risetnya juga akan beda. Jumlah variabel riset yang dijadikan objek riset akan ditentukan oleh sofistikasi desain riset. Makin sederhana suatu desain riset makin sedikit jumlah variabel risetnya, dan sebaliknya makin kompleks desain riset makin banyak pula variabel risetnya. Example, riset yang dimaksudkan untuk menget perbedaan pengaruh bentuk insentif terhadap motivasi kerja pegawai.
Dalam riset ini hanya melibatkan dua variabel utama yaitu variabel bentuk insentif dan variabel motivasi kerja. Jumlah variabel akan tambah jika penelitianiti juga mempertimbangkan tingkat kebutuhan pegawai (need). Kecakapan mengidentifikasi variabel riset adalah keterampilan yang berkembang Karena latihan dan pengalaman, sehingga makin sering melakukan riset diharapkan makin tinggi keterampilan mengidentifikasi variabel risetnya. Keterampilan mengidentifikasi variabel riset juga dapat dikembangkan melalui kegiatan seminar usulan riset, yaitu penelitianiti yang akan melakukan riset merepresentasikan dulu usulan risetnya untuk dibahas bersama dan memperoleh masukan untuk menyempurnakannya.
b. Mengklasifikasi Variabel
Variabel riset yang sudah diidentifikasi perlu diklasifikasi. Ada beragam cara untuk mengklasifikasi variabel, al:
1) Klasifikasi variabel berdasar jenis data.
Variabel yang sudah diidentifikasi sesuai dengan jenis dan peranannya dalam riset harus diklasifikasi. Klasifikasi sangat perlu untuk penentuan alat apa yang akan dipakai untuk mengumpulkan data dan metode analisis data apa yang akan diterapkan. Klasifikasi variabel berkaitan dengan jenis data yang akan dikumpulkan pada dasarnya berkaitan dengan proses kuantifikasi. Dalam kaitan dengan kuantifikasi, data digolongkan menjadi 4 jenis: data nominal; data ordinal; data interval; data ratio. Dengan demikian variabel riset juga dapat diklasifikasi menjadi 4 jenis yaitu:
a) Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses pengklasifikasian. Variabel ini bersifat diskrit dan saling pilah (mutualy exampleclusive) antara kategori satu dengan lainnya. Example, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status perkawinan;
b) Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasar atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1; jenjang di bawahnya angaka 2,3 dst. Example, hasil perlombaan, rating, ranking.
c) Variabel interval, adalah variabel yang dihasilkan dari pengukuran yang dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Example, motivasi kerja; sikap terhadap suatu kebijakan; penghasilan dan lain-lain;
d) Variabel ratio, yaitu variabel yang di dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol mutlak. Dalam riset sosial,jarang sekali orang memakai variabel ratio.
2) Klasifikasi Variabel Berdasar Fungsinya Dalam Riset
Menurut fungsinya dalam riset, variabel dibedakan dalam 2 kelompok yaitu fariabel tergantung (dependent variable) dan variabel bebas (Indonesiaependent vriabel). Pembedaan ini berdasarkan atas pola pemikiran sebab akibat. Variabel tergantung dipikirkan sebagai akibat, yang keadaannya tergantung pada variabel bebas, variabel moderator, variabel kendali, atau variabel rambang. Variabel bebas dipikirkan sebagai sebab.
Termasuk ke dalam kelompok variabel bebas adalah variabel kendali (kontrol), variabel moderator, dan variabel rambang. Dalam ilmu sosial, hubungan atr kedua variabel (tergantung dan bebas) pada subjek riset sering kali terlibat sebagai proses, artinya tidak selalu variabel tergantung (akibat) tetapi seringkali pemunculan variabel tergantung di antara lebih dulu oleh variabel yang lain (variabel antara atau intervening variable).
3) Klasifikasi Variabel Berdasar Fungsinya Dalam Riset
Menurut fungsinya dalam riset, variabel dibedakan dalam 2 kelompok yaitu fariabel tergantung (dependent variable) dan variabel bebas (Indonesiaependent vriabel). Pembedaan ini berdasarkan atas pola pemikiran sebab akibat. Variabel tergantung dipikirkan sebagai akibat, yang keadaannya tergantung pada variabel bebas, variabel moderator, variabel kendali, atau variabel rambang. Variabel bebas dipikirkan sebagai sebab. Termasuk ke dalam kelompok variabel bebas adalah variabel kendali (kontrol), variabel moderator, dan variabel rambang.
Dalam ilmu sosial, hubungan antara kedua variabel (tergantung dan bebas) pada subjek riset sering kali terlibat sebagai proses, artinya tidak selalu variabel tergantung (akibat) tetapi seringkali pemunculan variabel tergantung di antara lebih dulu oleh variabel yang lain (variabel antara atau intervening variable). Pengklasifikasian variabel menurut peranannya dalam riset itu dimulai dengan mengidentifikasi lebih dulu variabel tergantungnya. Hal ini dilakukan Karena variabel tergantung itulah yang menjadi titik pusat persoalan, yang Karenanya sering disebut kriterium. Example, usaha pengobatan, pokok permasalahannya adalah kesembuhan, usaha pertanian pokok permasalahannya adalah hasil belajar dan sebagainya. Keadaan variabel tergantung dipengaruhi banyak sekali variabel yang lain.
Satu atau lebih variabel yang lain itu mungkin dipilih sebagai variabel yang sengaja (direncanakan) dan dipelajari pengaruhnya terhadap variabel yang lain. Variabel inilah yang disebut variabel bebas. Example, variabel tergantungnya motivasi kerja, maka variabel bebasnya bisa berupa bentuk dan besaran insentif, pengarahan atasan, kondisi kerja, vasilitas kesehatan dan lain-lain. Di samping bentuk dan besaran insentif, pengarahan atasan, kondisi kerja, dan fasilitas kesehatan, masih banyak variabel lain yang juga bisa berpengaruh terhadap motivasi kerja. Example, tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap motivasi kerja.
Jika penelitianiti juga memasukkan variabel tingkat pendidikan sebagai variabel yang mempengaruhi votivasi kerja, tetapi tidak langsung, maka berarti penelitianiti meletakkan tingkat pendidikan sebagai variabel moderator. Masa kerja, juga bisa menjadi variabel yang berpengaruh terhadap motivasi kerja tidak begitu signifikan, Karena itu diabaikan. Variabel yang diabaikan pengaruhnya itu berperanan sebagai variabel rambang. Sedangkan variabel lain yang ada dalam diri subjek yang dapat mempengaruhi mempengaruhi motivasi kerja, yang keberadaannya hanya dapat disimpulkan berdasarkan pada variabel tergantung dan variabel bebas, maka variabel ini berperanan sebagai variabel antara (intervening variable).
4) Klasifikasi Variabel Berdasar Posisi Variabel Dalam Riset
Pengklasifikasian variabel ini terutama dilakukan pada Penelitian eksperimental. Ada 2 klasifikasi variabel, yaitu variabel aktif dan variabel atribut. Variabel aktif adalah variabel yang dimanipulasi. Sedangkan variabel atribut adalah variabel yang diukur. Manipulasi (manipulation) pada dasarnya adalah kegiatan memberikan perlakuan yang berbeda kpada kelompok yang berbeda. Example, kpada kelompok A diberikan perlakuan X, kpada kelompok B diberikan perlakuan Y, dan kpada kel C diberi perlakuan Z, maka yang variabel aktif atau variabel manipulasi adalah X, Y, dan Z.
Sedangkan variabel atribut adalah variabel yang tidak dapat atau setidaknya sulit dimanipulasi. Semua variabel karakteristik manusia, seperti kecerdasan, sikap, jenis kelamin, status sosio ekonomik, kebutuhan berprestasi, dan semacamnya adalah contoh variabel yang tidak dapat dimanipulasi. Variabel tersebut sudah ada pada diri subjek Penelitian sebelum dia kita libatkan dalam riset dan tidak bisa kita ubah. Variabel atribut bisa sekaligus menjadi variabel aktif. Example, variabel kecemasan. Variabel kecemasan, secara mudah pastilah kita katakan sebagai variabel yang sdh ada dalam diri subjek riset dan akan diukur atau disebut variabel atribut.
Tetapi (tetapi) kita juga bisa memanipulasi variabel ini, example dengan cara memberi tahu subjek pada kelompok A bahwa pertanyaan yang akan diajukan dalam Penelitian nantinya sulit dan setiap perilaku subjek riset akan diamati dan dinilai. Sementara kpada subjek kel B diminta untuk santai saja tidak perlu cemas, Karena dalam riset ini tidak ada salah dan benar. Pemberitahuan ini, secara psikologis akan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan subjek, berbeda dengan kalau tidak diberi tahu apapun.
5) Klasifikasi Variabel Berdasar Nilai Yang Dilekatkan pada Variabel
Pengklasifikasian variabel ini penting terutama ketika penelitianiti merenc analisis data. Klasifikasi tersebut adalah variabel kontinu, yaitu variabel yang dapat dilekati nilai yang tersusun berurutan; dan variabel kategorikal (variabel nominal) adalah variabel yang dapat dilekati kategori yang didasarkan pada definisi yang sudah dibuat atas variabel tersebut. Kategorikal yang bisa dilekatkan adalah ada atau memiliki dan tidak ada atau tidak memiliki karakteristik yang didefinisikan tersebut. Misal variabel jenis kelamin, lelaki perempuan; ras: kulit putih-kulit berwarna; status perkawinan: kawin-belum kawin dan lain-lain.
Pengidentifikasian variabel bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Sering orang susah membedakan mana variabel tergantung dan mana variabel bebas, mana variabel kendali atau kontrol, mana variabel rambang, mana variabel moderator. Namun dengan latihan terus-menerus kesulitan akan dapat diatasi. Jadi banyak banyaklah berlatih melakukan riset secara benar.
Kategorikal yang bisa dilekatkan adalah ada atau memiliki dan tidak ada atau tidak memiliki karakteristik yang didefinisikan tersebut. Misal variabel jenis kelamin, lelaki perempuan; ras: kulit putih-kulit berwarna; status perkawinan: kawin-belum kawin dan lain-lain.
Pengidentifikasian variabel bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Sering orang susah membedakan mana variabel tergantung dan manavariabel bebas, mana variabel kendali atau kontrol, mana variabel rambang, mana variabel moderator.
Namun dengan latihan terus-menerus kesulitan akan dapat diatasi. Jadi banyak banyaklah berlatih melakukan riset secara benar.
5. Desain Penelitian
Adalah sebuah rencana, garis besar tentang Bagaimana penelitianiti akan memahami bentuk hub antr variabel yang ditlitinya. Disain riset dirancang untuk menjawab pertanyaan dan atau menguji hipotesis riset, sehingga jika ada suatu desain riset tidak dapat menjawab pertanyaan atau mengetes hipotesis maka tentu saja tidak dapat disebut sebagai desain riset. Jadi desain riset adalah semacam pedoman yang memuat tentang do and dont list dalam kegiatan riset. Dengan desain riset, penelitianiti akan tertuntun untuk melakukan ini, tidak melakukan itu, mengabaikan ini, berhati hati dengan itu, dan lain-lain. Jadi, desain Penelitian (Research Design) merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan tujuan Penelitian (Nasution, 2003).
Desain Penelitian mempunyai dua maksud atau kegunaan mendasar, yaitu 1. Menyediakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Penelitian; 2. Mengontrol atau mengendalikan varian(Kerlinger, 2000). Dengan demikian, desain Penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diteliti oleh penelitianiti untuk melakukan Penelitiannya (Sugiyono, 2003).
Penentuan desain Penelitian ilmu sosial pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan desain Penelitian bidang lainnya. Penentuan desain Penelitian, beberapa penulis menyebutnya desain riset, rancangan Penelitian, rencana Penelitian, sangat bergantung pada tujuan Penelitian.
Dengan demikian desain Penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan proses atau tahapan yang menunjukkan urutan kegiatan yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaananaan Penelitian, sehingga dapat menjawab pertanyaan Penelitian yang telah dirumuskan.
Untuk itu penetapan masalah pada tahap pertama dalam proses Penelitian sangat menentukan desain Penelitian yang digunakan. Atau penelitianiti perlu mengembangkan desain Penelitian yang sesuai dengan masalah Penelitian yang telah dirumuskan. Secara garis besar, ada empat jenis kegiatan dalam desain Penelitian yang perlu dilakukan:
Desain data. Tentukan jenis data yang akan dipakai termasuk menentukan desain sampel (sampling frame) yang representatif sesuai dengan tujuan Penelitian maupun kesimpulan yang akan diambil. Apakah akan memakai teknik random sampling (probability sampling), nonrandom sampling (nonprobability sampling), atau kombinasi kedua teknik tersebut, bergantung pada inferensi statistik yang dipakai.
Desain Instrumen. Instrumen pengumpulan data yang akan dipakai, seperti kuesioner, perlu didesain dan diuji/dievaluasi sebelum digunakan agar memiliki tk validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga data yang dikumpulkan benar-benar sesuai yang dibutuhkan dalam Penelitian.
Desain Analisis. Hal ini harus ditentukan sesuai tujuan Penelitian. Analisi yang baik pada umumnya bertitik tolak dari hipotesis yang telah dirumuskan. Desain analisis perlu instrumen analisis, umumnya yang dipakai adalah metode statistik sesuai tujuan Penelitian.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENELITIAN SOSIAL
Kalau anda membaca buku tentang metode Penelitian, akan anda temukan banyak jumlah dan ragam nama langkah Penelitian. Tetapi secara umum, terutama Penelitian kuantitatif, pokok-pokok langkah langkah Penelitian tersebut adalah sbb:
Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah;
Penelitianaahan pustaka atau landasan teori;
Penyusunan hipotesis;
Identifikasi, klasifikasi, dan penentuan definisi operasional variabel-variabel;
Penyusunan desain Penelitian;
Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data;
Penentuan populasi dan sampel Penelitian;
Pengumpulan data;
Pengolahan dan analisis data;
Interpretasi hasil analisis data;
Penyusunan laporan.
Langkah 1: Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
Masalah/permasalahan akan muncul jika ada kesenjangan antara dassollen dengan dassein, atau antr apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, atr apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, atr harapan dengan kenyataan dan lain-lain. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut, atau dengan kata lain dapat menutup setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan.
a. Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan/dijawab melalui Penelitian selalu tersedia cukup banyak, tinggal penelitianiti mengidentifikasinya, memilihnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuwan mempunyai mata yang jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
Bacaan, terutama yang berisi laporan hasil Penelitian;
Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah lainnya;
Pernyataan pemegang otoritas;
Pengamatan sepintas;
Pengalaman pribadi; dan
Perasaan instuitif.
Ad. a. Bacaan
Terutama bacaan yang merupakan LHP, mudah dijadikan sumber masalah Penelitian yang baik pasti mencamtumakaan rekomendasi untuk Penelitian lebih lanjut. Hal ini dilakukan Karena pada dasarnya memang tidak akan pernah ada Penelitian yang tuntas sempurna. Kadang-Penelitian justru memunculkan masalah yang lebih banyak daripada (daripada) yang dijawabnya. Tetapi justru Karena itu ilmu pengetahuan bisa berkembang.
Ad. b. Seminar, Diskusi, dan Pertemuan-pertemuan Ilmiah
Semua ini juga merupakan sumber masalah Penelitian yang sangat kaya, Karena dalam kegiatan tersebut para profesional melihat, menelaah hal-hal yang dipersoalkan secara profesional. Dengan kempuan profesional para ilmuwan peserta pertemuan melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan topik pembicaraan. Dengan demikian akan mudah sekali muncul masalah yang perlu dikaji atau diteliti lebih lanjut.
Ad. c. Pernyataan Pemegang Otoritas
Pernyataan pemegang otoritas, baik dalam pemerintahan, maupun ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah Penelitian. Example, Pernyataan Menteri Pendidikan Nasional tentang rendahnya daya tampung perguruan tinggi, atau renc pemerintah untuk mendorong semua Perguruan Tinggi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) (dulu) atau Pernyataan Menteri Kesehatan tentang menyebarnya virus polio dan sebagainya dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian.
Ad. d. Pengamatan Sepintas
Sering terjadi, seseorang menemukan masalah Penelitian dalam perjalanan. Seorang ahli komunikasi massa dan seorang ahli pemasaran, dapat menemukan masalah penelitianit masing-masing ketika mereka melihat kerumunan orang yang sedang menjual jamu kuat. Seorang ahli hukum dapat menemukan masalah penelitianit ketika dia mengurus sertifikat tanahnya di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Seorang ahli ilmu politik dapat menemukan masalah penelitianit ketika melihat demontrasi mahasiswa dan lain-lain.
Ad. e. Pengamatan Pribadi
Hal ini sering menjadi sumber masalah dalam penelitianit. Dalam ilmu-ilmu sosial , pengalaman pribadi bahkan sering menjadi sumber masalah penelitian. Example, pengalaman dicopet di angkutan umum dapat memunculkan ide untuk meneliti masalah tingkat keamanan pengguna angkutan umum dan upaya penangannnya. Atau pengalaman ikut tur wisata dapat memunculkan keinginan untuk meneliti tentang pola pengelolaan pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sebagainya.
Ad. f. Perasaan Intuitif
Tidak jarang, masalah penelitianit muncul dalam pikiran penelitianiti ketika bangun tidur, atau ketika sedang istirahat. Rupanya selama tidur atau istirahat terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang terkait dengan topik Penelitian yang akan diteliti, yang kemudian muncul dalam bentuk pertanyaan atau masalah penelitianit. Apapun/dari manapun sumbernya, masalah penelitianit hanya akan dapat diidentifikasi apabila calon penelitianiti cukup berisi. Orang yang masih kosong atau miskin penget terhadap cabang ilmu tertentu, hampir tidak mungkin menemukan masalah penelitianit.
2. Pemilihan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum merup jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitianit, ditemukan lebih dari satu masalah. Dari beberapa masalah tersebut, perlu dipilih salah satu yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika identifikasi masalah hanya menemukan satu masalahpun, masalah tersebut tetap harus dipertimbangkan layak/tidaknya untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua sisi yaitu sisi masalahnya dan sisi calon penelitian.
a. Pertimbangan Dari Sisi Masalahnya
Untuk dapat menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, perlu dibuat pertimbangan dari sisi masalahnya/ dari sisi objektifnya. Artinya, sejauh mana penelitianit mengenai masalah tersebut akan memberikan sumbangan kpada pengemb teori dalam bidang berkaitan dengan dasar teoritik penelitianitnya, dan pemecahan masalah-masalah praktis. Jadi kelayakan suatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relatif, tgtung konteksnya. Suatu masalah yang layak diteliti pada konteks tertentu, mungkin kurang layak jika diteliti pada konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini, keputusan untuk ini tgt pada ketajaman calon penelitianiti dalam melakukan secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau jauh kedepan.
Selain itu, dalam menentukan masalah penelitianit juga harus dipastikan bahwa masalah tersebut benar-benar dapat dilakukan pengumpulan datanya guna memecahkan masalahnya atau menjawab masalah yang terkandung didalamnya. Masalah penelitianit sebaiknya juga bukan merupakan pendirian mengenai etika dan moral.
b. Pertimbangan Dari Sisi Calon Penelitianiti
Dari sisi subjektif/calon penelitianiti, perlu dipertimbangkan apakah masalah tersebut sesuai dengan calon penelitianiti, dalam arti manageable atau tidak bagi calon penelitianiti. Manageability itu terutama dilihat dari lima segi, yakni:
Biaya yang tersedia;
Waktu yang dapat digunakan;
Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia;
Bekal kemampuan teoritik; dan
Penggunaan metode yang diperlukan.
Setiap calon penelitianiti perlu menanyakan kpada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai baginya atau tidak. Jika tidak, sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai baginya.
3. Perumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah tersebut perlu dirumuskan. Perumusan masalah penting, Karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi masalah selanjutnya. Tidak ada aturan umum dalam merumuskan masalah Penelitian, tetapi dapat disarankan hal-hal sbb:
Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya;
Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas;
Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Example, rumusan masalah: Apakah sistem retribusi daerah yang digunakan di ...?. Apakah sistem pemilihan kepala daerah yang diberlakukan di Indonesia... ?
Langkah 2: Penelitianaahan Pustaka atau Penyusunan Landasan Teori
Setelah masalah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep, generalisasi yang diperoleh dari hasil penelitianit yang pernah dilakukan sebelumnya yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitianit yang akan dilakukan. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitianit yang akan dilakukan memiliki dasar yang kokoh dan bukan sekedar kegiatan coba-coba (trial and error). Untuk memperoleh informasi tentang hal ini, kita perlu melakukan telaah pustaka. Hal ini tidak bisa dihIndonesiaarkan, Karena memang pada umumnya lebih dari 50 % kegiatan Penelitian adalah membaca (melakukan telaah pustaka). Oleh Karena itu, sumber bacaan adalah bagian penunjang Penelitian yang esensial.
Secara grs besar, sumber bacaan dapat dikelompokkan menjadi dua,
1. sumber acuan umum; dan
2. sumber acuan khusus.
Teori dan konsep pada umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan umum seperti (seperti) buku teks; ensiklopedia; monograph dan lain-lain. Generalisasi dapat diperoleh dari laporan hasil penelitianit terdahulu yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Laporan Hasil Penelitian (LHP) itu umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan khusus, seperti jurnal; buletin Penelitian; skripsi; disertasi dan lain-lain. Dalam melakukan telaah pustaka, perlu diingat bahwa dalam mencari sumber bacaan, kita perlu memilih (selektif), artinya tidak semua sumer yang ditemukan ditelaah. Ada dua kriteria yang biasa dipakai dalam memilih sumber bacaan, yaitu 1. prinsip kemutakhiran (recency), dan 2. prinsip relevan (relevance).
Kecuali untuk Penelitian historis, perlu dihIndonesiaari penggunaan sumber bacaan yang sudah lama, lebih baik gunakan yang mutakhir. Sumber yang lama mungkin memuat teori atau konsep yang sudah tidak berlaku lagi, Karena kebenarannya sudah dibantah oleh teori yang lebih baru, atau hasil Penelitian yang lebih belakangan/kemudian. Selain harus mutakhir, sumber bacaan harus relevan dengan masalah yang akan diteliti. Seleksi berdasarkan kriteria relevansi, terutama dapat diperoleh dari sumber acuan khusus, Karena pada umumnya semua perkembangan dalam bentuk hasil Penelitian tentang masalah penelitianit yang akan diteliti terdapat dalam jurnal penelitianit maupun buletin ilmu penget. Jadi pilih sumber bacaan yang terkait langsung dengan masalah yang akan diteliti.
Dari teori /konsep umum itu kemudian dilakukan penelitianaahan/analisis melalui penalaran deduktif, sedangkan dari hasil/laporan penelitianit dilakukan pemaduan/sintesis dan generalisasi melalui penalaran Indonesiauktif. Proses deduksi dan Indonesiauksi harus dilakukan secara interaktif. Dari proses deduksi dan Indonesiauksi yang berulang tersebut diharapkan dapat dirumuskan jawaban atas masalah yang sudah dirumuskan, yang paling mungkin dan paling tinggi taraf kebenarannya. Jawaban inilah yang menjadi hipotesis Penelitian.
Langkah 3: Perumusan Hipotesis
Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitianit, yang kebenarannya masih harus diuji secara empirik. Dalam rangkaian langkah penelitianit, hipotesis merup rangkuman dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari penelitianaahan kepustakaan. Secara teknis hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasar data yang diperoleh dari sampel penelitianit.
Secara statistik hipotesis merup pernyat mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Secara implisit, hipotesis juga menyatakan prediksi. Example, hipotesis yang menyatakan ada hub antara cara belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, mengandung prediksi bahwa mahasiswa yang mempunyai cara belajar yang baik akan memiliki nilai ujian yang tinggi. Taraf ketepatan prediksi, sangat tgt pada taraf kebenaran dan ketepatan landasan teoritik yang mendasarinya. Landasan teori yang kurang tepat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat.
Bagaimana merumuskan hipotesis. Hal ini memang tidak ada baku. Tetapi ada saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu hipotesis hendaknya:
Menyatakan pertautan antr dua variabel atau lebih;
Dinyatakan dalam kalimat deklaratif/pernyataan;
Dirumuskan secara jelas dan padat;
Dapat diuji, artinya memungkinkan orang lain mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
Langkah 4: Perumusan Definisi Operasional Variabel
Setelah paham apa variabel, dan telah mengidentifikasi variabel Penelitian, maka perlu mendefinisikan variabel tersebut secara operasional. Perumusan definisi operasional perlu Karena mengarahkan kpada alat pengumpul data yang tepat untuk digunakan dalam Penelitian dimaksud. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat variabel yang didefinisikan yang dapat diamati/diobservasi. Hal ini penting Karena variabel yang dapat diamati tersebut membuka kemungkinan bagi orang lain melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh penelitianiti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
Ada beragam cara menyusun defnisi operasional, tetapi secara grs besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni: 1. Yang menekankan kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan; 2. Yang (Yang) menekankan Bagaimana kegiatan itu dilakukan; 3. Yang menekankan sifat statis variabel yang didefinisikan. Untuk memudahkan maka kelompok tersebut diberi nama pola 1, 2, dan 3.
Definisi Pola 1. yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan yang perlu dilakukan agar hal-hal yang didefinisikan itu terjadi. Example, a. Frustrasi adalah keadaan psikologis yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian sesuatu yang sangat diinginkan yang sebenarnya (rasanya) sudah hampir tercapai. b. Lapar adalah perasaan dalam diri seseorang yang timbul setelah dia tidak makan selama 48 jam. Definisi operasional tersebut terutama berguna untuk mendefinisikan variabel bebas.
2. Definisi Pola 2, yaitu definisi yang disusun atas dasar Bagaimana variabel yang didefinisikan itu beroperasi. Example,
a. Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, memakai bahasa, dan memahami bilangan.
b. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang dalam mengambil keputusan selalu melibatkan anggota yang dipimpinnya.
Sering dalam membuat definisi oprasional pola ke 2 ini penelitianiti menunjuk atau menyebuntukan alat yang akan digunakan dalam pengumpulan datanya. Setelah definisi operasional variabel penelitianit dirumuskan, maka berarti prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalkan. Jadi penelitianiti telah menyusun prediksi tentang variabel Penelitiannya secara operasional dan siap diuji melalui data empirik.
Langkah 5: Penyusunan Desain Penelitian
Desain penelitianit ditentukan oleh variabel penelitianit yang sudah (sdh) diidentifikasi, dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam menentukan desain penelitianit, bahwa seluruh komponen penelitianit harus terjalin secara rapi dan tertib. Pada umumnya, desain penelitianit sekaligus juga merup desain analisis data.
Langkah 6: Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitianit, alat pengumpul data atau instrumen menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan, dan kualitas data menentukan kualitas penelitianit. Karenanya, alat pengumpul data harus digarap secara cermat. Berikut contoh penelitianit yang mutunya kurang memadai akibat alat pengumpul datanya kurang memadai:
Penelitianit mengenai taraf kesabaran orang dengan memakai kuesioner sebagai alat pengumpul data;
Penelitianit terhadap petani mengenai program kerja bakti dengan cara melakukan wawancara dengan lurah dan pembantunya.
Contoh tersebut benar-benar terjadi dalam praktik, yang Karenanya orang patut meragukan kualitas hasil Penelitian tersebut. Agar penelitianit dapat menghasilkan kualitas yang bagus, maka alat pengumpul datanya harus memiliki syarat sebagai alat pengumpul data yang baik, yaitu reliabel dan valid. Reliabilitas alat pengumpul data merujuk pada pengertian keajegan hasil pengukuran apabila instrumen yang sama digunakan oleh orang yang sama pada waktu yang beda atau oleh orang lain pada waktu yang bersamaan atau pada waktu yang beda.
Reliabilitas secara implisit juga mengandung objektivitas Karena hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa yang mengukur. Validitas atau kesahihan, merujuk kpada pengertian sejauh mana instrumen itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.
Pemilihan Alat Pengumpul Data
Keputusan mengenai alat pengumpul data mana yang akan digunakan, terutama ditentukan oleh variabel yang akan diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang akan digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan berikutnya yang juga penting adalah segi kualitas alat, yaitu taraf reliabilitas dan validitasnya. Pertimbangan lain biasanya antara lain dari aspek kepraktisan, biaya, mudah sukarnya menggunakan alat tersebut, dan sebagainya.
b. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Dalam Penelitian ilmu-ilmu sosial, sering kali alat pengumpul data belum tersedia. Karenanya, para penelitianiti ilmu sosial seringkali harus mengembangkannya, atau setidaknya mengadaptasi, alat pengumpul data yang telah digunakan orang lain. Jika penelitianiti mengembangkan sendiri alat pengumpul datanya, maka dia harus melakukan uji coba untuk memperoleh keyakinan atas alat pengumpul data yang dikembangkan atau diadaptasinya itu.
Langkah 7: Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan, diramal atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang tadinya ingin diteliti. Jadi penelitianit hanya dilakukan terhadap sampel, bukan terhadap seluruh populasi. Meskipun demikian, hasil Penelitian dapat dikenakan atau digeneralisasi pada populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung resiko kekeliruan/ketidaktepatan. Makin tidak sama sampel dengan populasinya, makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi.
Oleh Karena itu, teknik penentuan sampel menjadi sangat penting dalam penelitianit.Berbagai teknik penentuan sapel pada dasarnya adalah cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini akan dapat dicapai jika diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Langkah 8: Pengumpulan Data
Kualitas data ditentukan oleh alat pengumpul datanya (valid dan reliabel). Meskipun demikian, masih ada satu lagi faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu kualifikasi pengumpul datanya secara ketat. Pernyataan ini Bagaimanapun juga harus dipenuhi. Selain itu, prosedur yang dituntut oleh setiap metode pengumpulan data yang digunakan juga harus dipenuhi secara tertib. Akan lebih baik jika penelitianiti menyusun panduan pengumpulan data, sehingga jika pengumpulan datanyadilakukan oleh orang lain maka penelitianiti dapat memperoleh keyakinan bahwa data yang diperolehnya benar-benar telah dikumpulkan dengan prosedur yang benar.
Langkah 9: Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian harus diolah. Pertama, data harus diseleksi berdasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya digugurkan dan data yang kurang lengkap diganti dengan data substitusi. Kemudian data yang sudah diseleksi, diatur dalam tabel. Matriks, atau yang lainnya agar mudah dianalisis. Menganalisis data adalah langkah yang sangat kritis dalam Penelitian. Penelitianiti harus memastikan teknik analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik atau non-statistik. Pemilihan jenis analisis tgt pada jenis data yang dikumpulkan.
Analisis statistik dipakai jika data yang terkumpul berbentuk kuantitas atau dapat dikuantifikasi, yaitu data yang berbentuk bilangan. Analisis non-statistik cocok untuk data yang berbentuk deskriptif atau data texampletular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, yang Karenanya sering juga disebut dengan analisis isi (content analysis).
Langkah 10: Interpretasi Hasil Analisis Data
Hasil analisis data boleh dikatakan masih faktual, belum bermakna apa-apa, sehingga masih harus diberi arti oleh penelitianiti. Hasil Penelitian bisa dibandingkan dengan hipotesis Penelitian, didiskusikan atau dibahas dan akhirnya disimpulkan. Dalam setiap Penelitian, penelitianiti selalu mengharapkan hiopotesisnya tahan uji, atau terbukti kebenarannya. Jika hipotesisnya terbukti, maka peran pembahasan atau diskusi bisa tidak menonjol.
Tetapi jika hipotesisnya tidak terbukti/ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting Karena penelitianiti harus dapat menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Penelitianiti wajib mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis Penelitian. Beberapa kemungkinan sebab hipotesis tidak terbukti adalah faktor landasan teori, sampel, alat pengumpul data, desain Penelitian, peritungan-perhitungan, dan variabel-variabel luaran.
Langkah 11: Penyusunan Laporan
Langkah terakhir dari seluruh rangkaian Penelitian adalah penyusunan laporan. Laporan ini merup langkah yang sangat penting, Karena dengan laporan itu syarat keterbukaan ilmu penget dan penelitianit dapat dipenuhi. Melalui laporan penelitianit, ilmuwan dapat memahami, menilai dan kalau perlu menguji kembali hasil-hasil penelitianit yang diperoleh. Dengan cara demikian pemecahan masalah akan memperoleh pemantapan dan kemajuan.
Sebagai Pembanding, Dikemukakan Pendapat Lain tentang Tahap-tahap Penelitian
Dalam buku Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan Penelitian sosial sebagai berikut :
Perumusan Isu Penelitian
Dalam hal ini penyusunan teori mendapat perhatian cukup besar dalam Penelitian sosial. Karena di sini orang menyusun, merumuskan apa-apa yang akan menjadi bahan Penelitian. Seperti contoh yang dikemukakan Emile Durkheim yang mencoba meneliti sebab-sebab orang bunuh diri dalam suatu masyarakatarakat.
Perumusan Masalah Penelitian
Merumuskan masalah dari beberapa masalah yang ada. Misal merumuskan suatu masalah Penelitian dalam suatu bidang yang luas, dapat dilakukan dengan mempersempit cakupan Penelitiannya sehingga dapat dilaksanakan.
Pemilihan Bentuk Studi yang Tepat
Pemilihan suatu tipe atau bentuk studi tertentu erat hubungannya dengan hakikat masalah Penelitian, sumber data yang bias dicapai serta taraf pemahaman tentang Penelitian.
Penarkan Simple Responden
Secara ideal, penelitianiti dapat memeriksa setiap unsur yang menarik perhatiannya. Namun jarang sekali penelitianiti dapat meneliti setiap unsur dari keseluruhan populasi karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.
Pengukuran Data
Bila pertanyaan-pertanyaan dan proposisi Penelitian telah dirumuskan, masalah Penelitian telah dipersempit ke dalam ukuran yang dapat dilaksanakan, metode Penelitian yang tepat ditentukan dan sampel ditentukan. Penelitianiti perlu menyusun cara-cara untuk mengkaji proposisi tersebut.
Pengumpulan Data
Suatu cara untuk memperoleh data dan informasi. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara; observasi, mempelajari dokumen dan wawancara baik lisan maupun tulisan.
Analisa Data
Sebagai langkah awal untuk menganalisa data diperlukan analisa statistika yang merupakan aspek penting dari poenelitian sosial.
Interpretasi dan Penyusunan Laporan
Yaitu suatu bentuk laporan dari hasil Penelitian dengan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu.
Mengintegrasikan Hasil Penelitian ke dalam Teori dan Kebijakan
Laporan ini sebagai bentuk yang disajikan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan dengan memperhatikan serta mempertimbangkan hasil Penelitian dari awal sampai akhir.
Dari Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Pengantar Metodologi Riset Sosial merumuskan beberapa tahap atau langkah Penelitian sebagai berikut :
1. Menentukan proyek, memformulasikan masalah, memilih judul dan menentukan topik.
Yaitu suatu langkah untuk menentukan proyek, memformulasikan masalah, memilih judul dan topik. Setiap objek atau permasalahan Penelitian itu memberikan isi dan pengarahan dalam proses pelaksanaananaan Penelitian. Bagi banyak orang, memulai kegiatan dengan langkah menentukan dan membatasi suatu masalah itu merupakan fase yang paling sulit.
2. Mengumpulkan data dan informasi.
Riset adalah aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah dan bertujuan. Jadi bukan hanya mengumpulkan data secara kebetulan saja; akan tetapi upaya menghimpun dengan terencana dan siematis data informasi yang relevan.
3. Menentukan tujuan operasional dan substansial.
Tujuan operasional adalah tujuan berupa suatu objek yang langsung akan digarap oleh penelitianiti; terhadap objek tersebut orang langsung akan melakukan usaha-usaha operatif. Sedangkan tujuan substansial adalah tujuan penggunaan dari hasil Penelitian bagi suatu keperluan/kegiatan tertentu.
4. Perumusan hipotesa. Hipotesa mayor, minor dan nihil.
Hipotesa adalah stelling, patokan, pendirian, dalil dianggap benar, juga berarti ‘ondestelling’, persangkaan, dugaan yang dianggap benar untuk sementara waktu dan perlu dibuktikan kebenarannya.
5. Pengolahan data, menganalisa elemen dan mengintrepretasikan data.
Mengolah data berarti menimbang, menyaring, dan mengklasifikasikan. Menimbang dan menyaring data itu berarti benar-benar memilih secara hati-hati data yang relevan tepat, dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
6. Merumuskan konklusi, mengemukakan hasil dan rekomendasi.
Produk terakhir dari riset ialah suatu generasisasi atau satu seri generalisasi sebagai kesimpulan dari hasil analisa data yang seksama.
7. Penulisan dan penyusunan laporan dari Penelitian sosial.
Dalam implikasi dikemukakan kosekuensi-konsekuensi dari hasil Penelitian, dan diberikan rekomendasi untuk aktivitas-aktivits diagnostik dan teoritis, reformasi sosial atau perbaikan-perbaikan sosial.
C. Langkah-langkah Penelitian Dalam Berbagai Ragam Penelitian
Langkah penelitian di atas adalah bersifat umum. Sesungguhnya langkah penelitian itu beragam tergantung (tgt) pendekatan penelitianit yang dipilih.
1. Penelitianit Historis (Historical Research)
Untuk dapat melaksanakan penelitianit historis, perlu dilakukan langkah-langkah sbb:
Definisikan masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kpada diri sendiri:
1) Apakah pendekatan historis ini merup yang terbaik bagi masalah yang sedang diteliti ?
2) Apakah data penting yang diperlukan mungkin diperoleh ?
3) Apakah hasilnya nanti cukup memiliki nilai atau bermanfaat ?
b). Rumuskan tujuan penelitianit, dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus kegiatan penelitianit itu;
c). Kumpulkan data, dengan selalu mengingat perbedaan antra sumber data primer dan sekunder. Keterangan yang sangat penting dimiliki dalam riset historis adalah cara pencatatan data. Pencatatan data dengan sistem kartu/dengan sistem lembaran, keduanya dapat digunakan sesuai kemampuan.
d). Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan internal;
e). Susun laporan riset.
2. Riset Deskriptif
Jika anda melaks riset ini, lakukan langkah sbb:
a). Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai, fakta dan sifat apa saja yang perlu ditemukan;
b). Rancang cara pendekatannya. Bagaimana kira-kira data akan dikumpulkan. Bagaimana cara menentukan sampel untuk menjamin agar sampel representatif bagi populasinya. Alat atau teknik observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat. Apakah metode pengumpulan data itu perlu diujicobakan. Apakah cara pengumpulan data perlu dilatihkan lebih dulu.
c). Kumpulkan data;
d). Olah dan interpretasi datanya;
e). Susun laporan risetnya.
3. Riset Perkembangan (Developmental Research)
Langkah riset longitudinal:
a. Definisikan masalah atau rumuskan tujuannya;
b. Lakukan penelitianaahan kepustakaan untuk menentukan grs dasar informasi yang ada dan untuk membandingkan metodologi riset, termasuk alat yang ada dan teknik pengumpulan data yang telah dikembangkan;
c. Susun desain riset atau cara pendekatan riset;
d. Kumpulkan data;
d. Evaluasi data yang terkumpul; dan
e. Susun laporan tentang hasil evaluasi tersebut.
4. Riset Kasus dan Riset Lapangan (Case Study and Field Research)
Langkah riset ini adalah:
a. Rumuskan tujuan yang akan dicapai. Apa unit studinya, sifat risetnya, saling hub yang ada, dan proses mana yang akan menuntun riset.
b. Rancang cara pendekatannya. Bagaimana unit tersebut akan dipilih, mana yang tersedia, dan metode pengumpulan data apa yang akan dipakai.
c. Kumpulkan data;
d. Organisasianisasikan data dan informasi yang diperoleh menjadi rekonstruksi unit studi koheren dan terpadu secara baik;
e. Susun laporan dengan sekaligus mendiskusikan makna hasil tersebut.
5. Riset Korelasional
Langkahnya:
a. Definisikan masalah;
b. Lakukan penelitianaahan kepustakaan;
c. Rancang cara pendekatannya, yang meliputi: identifikasi variabel yang relevan; tentukan subjek yang tepat; susun alat ukur yang cocok; pilih metode korelasional yang cocok untuk masalah yang sedang diriset;
d. Kumpulkan data;
e. Analisis data yang telah terkumpul dan buat interpretasinya;
f. Tulis laporan risetnya.
6. Riset Kausal Komparatif
Langkahnya:
a. Definisikan masalah;
b. Lakukan penelitianaahan pustaka;
c. Rumuskan hipotesis;
d. Rumuskan asumsi yang mendasari hipotesis tersebut dan prosedur yang akan dipakai;
e. Rancang cara pendekatannya, meliputi: pilih subjek yang akan dipakai dan sumber yang relevan; pilih teknik pengumpulan data yang akan dipakai; tentukan kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
7. Riset Eksperimental Sungguhan
Langkahnya:
a. Lakukan telaah kepustakaan yang relevan bagi masalah yang akan diteliti;
b. Identifikasi dan definisikan masalah;
c. Rumuskan hipotesis berdasar hasil pustaka;
d. Definisikan pengertian dasar dan variabel utama;
e. Susun rencana eksperimen, yaitu identifikasi macam variabel yang relefan; identifikasi variabel non-eksperimental yang mungkin mencemarkan eksperimen, dan tentukan Bagaimana caranya mengontrol variabel tersebut; tentukan desain risetnya; ;pilih subjek yang representatif bagi populasi tertentu, tentukan siapa yang masuk kelompok kontrol dan siapa yang masuk kelompok eksperimen; terapkan perlakuan; susun alat untuk mengukur hasil eksperimen dan validasikan alat tersebut; rancang prosedur pengumpulan data, dan jika mungkin lakukan pilot atau trial run test untuk menyempurnakan alat pengukur atau desain eksperimennya; rumuskan hipotesis nolnya;
f. Laksanakan eksperimen;
g. Atur data kasar itu dalam cara yang mempermudah analisis selanjutnya, tempatkan dalam disein yang memungkinkan memperhitungkan efek yang diperkirakan ada;
h. Terapkan tes signifikansi untuk menentukan taraf signifikansi hasilnya;
i. Buat interpretasi mengenai hasil testing, berikan diskusi seperlunya;
j. Tulis laporan
8. Riset eksperimental Semu
Langkahnya:
Langkah pokok dalam riset ini sama dengan langkah riset ekperimantal sungguhan. Hanya saja, dalam penelitianit ini diperlukan pengakuan yang hati-hati dan teliti terhadap masing keterbatasan validitas internal dan eksternal;
9. Riset TIndonesiaakan (Action Research).
Langkahnya:
a. Definisikan masalah atau tetapkan tujuan;
b. Lakukan penelitianaahan kepustakaan untuk menget apakah orang lain telah menjumpai masalah yang sama atau telah mencapai tujuan yang erhub dengan yang akan dicapai dalam riset ini;
c. Rumuskan hipotesis atau strategi pendekatan dalam bahasa yang jelas dan spesifik;
d. Aturlah risearch setting nya dan jelaskan prosedur lengkap dengan kondisinya;
e. Tentukan kriteria evaluasi, teknik pengukuran dan lain-lain sarana untuk mendapatkan umpan balik yang berguna;
f. Analisis data yang terkumpul, dan evaluasi hasilnya;
g. Tulis laporannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar